Halaman

Jumat, 10 Oktober 2014

Usia 17

Lilin kecil 
Sinarmu pancarkan harapan
Jangan kau hilang 

Jangan kau pergi 
Temani aku yang sedih dan sepi
Air mata jatuh basahi pelangi 

Pupus warnamu di masa yang indah 
Menepilah cinta 
Saat tak ingin kudekati
Tak kan teringkari 

Masa ini kan kulalui 
Takkan pernah sesali ini 
Menghentikan langkah-langkahku
Menghentikan langkah-langkahku lagi
Berjuta rintangan ku hadapi 

Merah putih kutatap 
Masa remaja 
Masa yang indah 
Penuh cinta 
Penuh janji
Tak kan teringkari 

Masa ini kan kulalui 
Takkan pernah sesali ini 
Menghentikan langkah-langkahku
 
Lagu ini menjadi lagu favoritku sekarang, liriknya bagus. Penuh semangat dan rasa optimis. Wajar saja, dilihat dari judulnya saja sudah membuat bersemangat.hehehe.....
Segala sesuatu ada masanya, terima dan syukuri...karena ini adalah salah satu cara Allah menunjukkan cinta kepada hambaNya :))

Untuk siapapun, yang sedang patah hati, yang sedang bersedih, tersenyumlah, setelah ini.....akan ada kado indah yang Allah beri. Kadang suka kadang duka, itu sudah garis hidup. Jika ingin merasakan kebahagiaan, maka kita harus tau dulu bagaimana rasanya bersedih ^_^

TAK KAN TERINGKARI, MASA INI KAN KU LALUI....TAK KAN PERNAH SESALI INI, MENGHENTIKAN LANGKAH-LANGKAHKU :)

Jakarta, 10 Oktober 2014

Dear You #27

Kamu tau kapan sebuah hubungan menjadi lemah?saat keduanya tidak merasa saling memiliki.

Aku ingat dulu,saat aku merasa hny memilikimu dan kamu hny memiliki aku.kita sangat solid waktu itu.semua kita rasakan dan kita hadapi berdua.kita sangat kompak.kita seperti "mimi lan mintuno", tidak bisa dipisahkan.dimana ada aku pasti ada kamu,bgtu pula sebaliknya.semua kita lakukan untuk kepentingan berdua.


Tapi perlahan semua berubah.saat km mulai memiliki apa yg kamu inginkan.aku bukan tidak ingin melihatmu menjadi orang besar,menjadi laki2 hebat,hny saja aku merasa ketiadaan justru membuat kita bisa saling melengkapi,mengisi kekosongan yg timbul dr ketiadaan itu sendiri,dan bisa saling menguatkan.aneh memang,seharusnya aku bersyukur karena hari ini kamu lebih berhasil dibanding dulu,tp syukur itu berubah menjadi rasa kehilangan manakala aku harus menukarnya dng hubungan yg pernah kita miliki dulu.


Belum lagi si smartphone yg belakangan ini menjadi musuhku.di satu sisi benda kecil itu membuat komunikasi kita jadi lebih mudah,lebih intens,tp di sisi yang lain benda itu seakan2 merampasmu dariku.mungkin ini semacam rasa cemburu yg berlebihan,cemburu yg tidak seharusnya,tapi itulah yg aku rasakan,dan aku jujur.


Gara2 smartphone pula km menjadi lebih genit dr biasanya..hahaha...aku serius! Seingatku,dulu kamu tdk begitu peduli dng perut buncitmu.dua tahun di dekatmu,baru belakangan ini aku mendapatimu mulai memusingkan omongan org tentang ukuran tubuhmu,padahal aku sendiri pun tdk pernah meributkan ttg kondisi fisikmu itu.aku hny sedikit bawel jika kamu gondrong. Dan ya,demi tidak ingin menjadi bahan candaan teman2mu,kamu mulai rajin berolahraga,lari.itu juga baik untuk kesehatanmu.


Belum lagi ketika si smartphone membuatmu 'menemukan' kembali teman2mu. Rasanya.....mereka mengambilmu dariku.


Aku lupa sejak kapan,tapi aku merasa kamu bukan lg milikku.kamu milik kehidupanmu yg sekarang,kamu milik teman2mu.


Jakarta, 9 Oktober 2014

http://ratrianicp.blogspot.com/2012/10/selamat-pagi-sayang.html?m=1

Jumat, 04 Juli 2014

Selamat Hari Bahagia...

Jumat, 4 Juli 2014. Hari ini adalah hari kemerdekaan Amerika Serikat. Selamat Ulang Tahun Amerika Serikat !!

Sudah lama aku tidak menulis, hari ini aku menulis karena ada yang spesial, dan aku tidak akan menuliskan di sini. Ini rahasiaku. hahahaha......
Selamat Ulang Tahun, semoga bahagia selalu hidupmu, sehat yang penuh berkah, dilimpahi rejeki dan sukses selalu. Semoga semakin bijak dan dewasa....

Maafkan aku belum bisa memberikan yang terbaik buatmu. Belum bisa mendampingimu. Belum bisa menjadikan doaku untukmu dihijabahi Allah.

Aku  hanya bisa memberikan yang aku bisa. Aku tidak tau sampai kapan Allah memberiku waktu untuk terus bersamamu, karena kita memang tidak pernah tau masa depan itu seperti apa. Bagiku, yang terpenting adalah melakukan yang terbaik, saat aku berjuang, seperti sekarang ini :))

Semoga semuanya menjadi lebih baik. Berjalan seperti yang dicita-citakan. Semoga Allah selalu memberi kita kekuatan, untuk setiap 'tanda sayang' yang Dia berikan pada setiap kekasihNya. Aaamiiiinn

Jakarta, 4 Juli 2014


 

Senin, 20 Januari 2014

Sembilan Belas Januari Dua Ribu Empat Belas




Selamat pagi, Sayang.....
Ini adalah pagi yang berat buatku. Bukan karena ini hari senin, bukan pula karena Jakarta masih setia dengan hujannya, tapi karena ini adalah hari pertama aku harus memulai semuanya tanpamu. Jangan tanyakan bagaimana perasaanku hari ini, karena aku sendiri pun tidak bisa menjelaskannya.

Pagi yang aneh.....Aku tidak lagi bisa "menemani" perjalananmu menuju ke tempat kerjamu. Aku juga tidak mendengar suara berisik yang timbul karena lalu lintas di sekitarmu. Dan masih terasa sangat aneh, aku tidak berpamitan kepadamu ketika aku berangkat bekerja, atau pun ketika aku sudah sampai di kantor. Padahal biasanya aku selalu melakukan itu.....

Mungkin sederhana, hanya masalah kebiasaan. Biasanya selalu ada kamu. Biasanya selalu bersamamu. Biasanya selalu Kamu, kamu, kamu, dan kamu. Tapi sekarang tidak seperti itu. Sekali lagi jangan tanya bagaimana perasaanku hari ini.

Aku pun berat menjalani ini, sangat berat. Aku bingung bagaimana harus mengungkapkannya di sini. Rasanya menjadi begitu sangat menyakitkan, terpisah dalam keadaan saling mencintai dan menyayangi. Ini bukan mau ku. Aku begini karena aku dipaksa oleh sesuatu yang namanya keadaan. Aku tidak mungkin menutup mata dan telingaku dengan apa yang nyata ada di hadapanku. Aku juga tidak bisa bersikap masa bodoh.

Aku sangat paham bagaimana perasaanmu kepadaku, dan akupun juga sangat paham bagaimana perasaanku kepadamu. Aku mencintaimu bukan karena fisikmu, karena jujur aku "buta" dengan hal itu. Meskipun kamu selalu memuji dirimu sendiri dengan mengatakan bahwa kamu tampan, aku anggap itu sebagai "bonus" yang Allah beri untukku (setidaknya aku PERNAH memiliki yang kamu banggakan itu...hehehe...). Aku mencintaimu juga bukan karena materi yang kamu beri kepadaku. Bagiku, mencintaimu adalah sebuah keputusan hati yang timbul karena hati itu sendiri. Iya, aku mencintaimu karena hati.

Masih ingatkah kamu, saat kita memulai perjalanan kita ini dalam keadaan harus terpisah jarak? Aku sangat ingat, ketika harus memelihara perasaan itu dalam keadaan berjauhan. Tujuh bulan bukan waktu yang singkat untuk memulai perjalanan dengan berjauhan. Tapi entah mengapa, selama itu aku bisa memelihara perasaanku kepadamu. Aku bisa memelihara rasa percayaku kepadamu. Dan aku juga bisa tetap menjaga keyakinan hatiku terhadap hatimu. Semuanya seperti ajaib. Hingga akhirnya, kamu penuhi janjimu, menyandingku, di sini, di kota mu.

Waktu berjalan begitu cepat, hingga hari ini, hampir 1 tahun kamu menyandingku di sini, dan hampir dua tahun perjalanan sudah kita lalui bersama. Suka duka kita lewati bersama. Ada saatnya kita tertawa bersama, menangis, kamu marah padaku, dan aku marah kepadamu. Semua itu setia mewarnai kebersamaan kita.....

Sekali lagi aku katakan, aku tidak pernah ragu akan perasaanmu kepadaku. Kamu telah membuktikan kesungguhanmu kepadaku. Hanya saja, setiap hubungan selalu memiliki "tingkat perjuangan" yang harus dijalani. Dalam penilaianku, kamu selalu "LULUS" membuktikan besarnya perasaan yang kamu miliki kepadaku. Tapi, perbincangan kita kemarin membuatku berfikir tentang "tingkat perjuangan" yang sudah kita lalui.....Hampir dua tahun hubungan kita, hampir satu tahun kamu menyandingku di sini, tapi aku masih belum bisa membawamu ke dalam lingkunganku.

Mungkin kamu anggap aku terlalu terburu-buru.....Tapi aku mulai berfikir lagi...Dulu ketika kita masih berjauhan, kamu bisa membuatku menunggumu, kamu bisa membuktikan kepadaku, hanya dengan tujuh bulan, tujuh bulan Sayang. Mungkin aku juga salah jika itu aku jadikan sebagai patokan tentang "tingkat perjuangan" hubungan kita. Karena itulah aku tidak melakukan itu.....

Aku mulai melihat keraguan di matamu. Aku mulai merasakan bahwa rasa yang kamu pelihara selama tujuh bulan dalam jarak yang jauh sudah mulai menguap. Aku mulai merasakan kamu tidak lagi seperti dulu, yang "berjuang mati-matian" untuk hubungan kita agar kembali naik kelas lagi. Aku merasa kita berjalan di tempat, mencari posisi nyaman, dan lupa memikirkan masa depan perjalanan kita. Aku tidak mengerti kenapa aku merasakan ini, tapi semakin lama semakin terlihat jelas keraguan di matamu.

Aku mencoba mengerti...kamu tidak melakukan apapun karena kamu merasa takut. Mungkin apa yang kita rasakan sama. Sama-sama takut kehilangan. Akupun juga sangat takut kehilanganmu. Sangat......Tapi keadaan tidak akan menjadi lebih baik jika kita hanya bertahan pada zona nyaman ini. Aku mengerti, mungkin kamu tidak memiliki keberanian yang cukup untuk memutuskan, karena itulah, salah satu diantara kalian harus melakukan ini, dan itu adalah aku.

Aku tidak mungkin menyuruhmu memilih, karena tentu saja itu tidak hanya akan menyakitimu, tetapi juga akan menyakiti orang-orang di sekitarmu, keluargamu, mereka yang kamu sayangi. Karena itulah lebih baik aku yang menjauh darimu. Bukan karena aku benar-benar ingin menjauh, tapi karena aku tidak ingin kita saling menyakiti. Itu saja. Kita berdua yang memulai perjalanan ini, kalaupun harus ada yang menangis karena hubungan ini, maka cukup kita berdua saja. Aku tidak ingin memaksamu yakin terhadapku, memaksakan keadaan kita. Aku tidak ingin seperti itu. Karena itulah, mungkin ini adalah yang terbaik untuk kita. Untuk perjalanan kita.

Kalaupun harus kembali kepadaku, maka kembalilah dengan membawa rasa yang sama ketika tujuh bulan memisahkan kita. Bawalah semangat yang sama seperti saat kamu berusaha sekuat tenaga agar bisa menyandingku di sini. Bawalah keyakinan yang sama seperti saat keyakinan itu bisa membawamu ke sini, hampir satu tahun yang lalu...... Aku hanya ingin rasa yang kita miliki dulu saat kita berjauhan, saat kita berjuang dalam keadaan yang serba terbatas itu tetap ada dan terus bertambah mengiringi perjalanan kita...Itu saja....

Jakarta, 20/01/2014

Jumat, 01 November 2013

Nilai Merah di Angka 30 bulan 10

Mungkin ini akan menjadi tulisan terakhirku untukmu. Perasaan yang belakangan ini sangat ingin aku sampaikan, tetapi begitu kamu berada di hadapanku, lidah ini menjadi kelu, dan aku tidak tau harus mulai darimana harus menyampaikan ini. Sedikit curahan hatiku, yang mungkin bisa membuatmu sedikit mengerti.....

November tahun lalu, adalah bulan ketiga kamu meninggalkanku, tahun lalu. Kala itu aku masih merasa kuat dan tetap yakin pada kita. Itupun juga karena kamu yang selalu bisa membuatku merasa yakin. Saat jauh, kamu selalu mengatakan bahwa kamu ingin dekat, kamu ingin agar kita bisa berdekatan, akupun juga menginginkan demikian. Tapi aku ingat, saat itu aku pernah mengatakan kepadamu bahwa belum tentu yang dekat lebih bisa bahagia dibandingkan dengan yang jauh.....Kali ini aku sendiri yang membuktikan kebenaran atas ucapanku...Tujuh bulan kita berjauhan, kemudian didekatkan, ternyata jarak yang dekat tidak mampu membuat kita tetap menjaga komitmen yang pernah kita sepakati dulu. Atau mungkin aku yang terlalu berlebihan....

Sekarang, hidupmu jauh lebih nyaman daripada dulu saat kamu berada di negeri sebelah timur. Tidak ada lagi yang menekanmu, tidak ada lagi yang akan membuatmu marah ketika cucian menumpuk, tidak ada lagi cerita pilu tentang mereka yang mengabaikanmu, tidak ada lagi rasa rindumu kepadaku yang dulu selalu menjadi benang berwarna yang mengiringi setiap jengkal perjalanan kita. Sekarang, yang ada hanyalah aku. Aku yang menjadi beban berat dalam setiap perjalananmu, aku yang menjadi teman yang membosankan untukmu. Sekarang sudah tidak ada lagi cerita sedih yang harus kamu bagi denganku, karena itulah kamu tidak lagi membutuhkanku...

Mungkin karena itulah keadaannya menjadi seperti sekarang, sekali lagi mungkin. Aku tidak berburuk sangka. Bagiku, ini adalah fase kehidupan yang harus aku jalani. Bagiku ini adalah perjalanan yang harus aku lewati....

Ibarat Ibu kepada anaknya, mungkin ini adalah saatnya aku menyapihmu, melepaskanmu pergi mengejar semua keinginanmu. Ibarat wanita kepada kekasihnya, mungkin ini adalah saat aku harus merelakan langkah kita yang tidak lagi sejalan. 

Rasanya sama seperti saat kamu pergi tanpa meminta ijin dariku. Yang membedakan hanyalah saat ini aku berusaha ikhlas sepenuh hati membiarkanmu pergi tanpa pamit (lagi).

Dulu, ketika berjauhan akulah yang sedang menjalani ujian. Kekuatan perasaanku diuji ketika kita tidak bisa saling menatap. Janji hatiku diuji saat jarak yang jauh menjadi dinding tinggi yang memisahkan kita. Kepercayaanku diuji saat aku hanya bisa mendengar suaramu. Dan kini, ketika Allah sudah berbaik hati memenuhi keinginan kita, mendekatkan kita, giliran kamu yang harus mendapat ujian. Kamu diuji menghadapiku yang rewelnya minta ampun. Kamu harus berhadapan denganku, perempuan paling keras, paling egois yang pernah kamu temui. Kamu diuji dengan keadaan yang lebih baik, dengan kondisi yang lebih berpihak kepadamu. Kamu diuji ketika Allah sudah memenuhi semua keinginanmu...

Aku tidak tau siapa yang mendapat nilai merah dari hasil ujian ini. Mungkin kita berdua...Tapi sudahlah. Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hambaNya. Semua akan baik-baik saja. Luka ini akan sembuh. Jika bukan kita yang saling menyembuhkan, maka waktu pasti akan memulihkan :))

Selamat datang November. 1 November tahun ini serupa dengan 1 November tahun lalu...November, Please be strong...Buat aku menjadi lebih kuat :)

Jakarta, 01/11/2013

Rabu, 04 September 2013

Mereka yang merasa 'Lebih'

Sebelumnya saya mengingatkan, bahwa tulisan ini hanya sekedar pandangan pribadi dari saya, dan hanya mewakili hati saya sendiri....
Belakangan ini saya sering dibuat bingung oleh mereka yang merasa dirinya lebih. Lebih bisa, lebih pantas, lebih mengerti, dan segala macam gelar yang biasa disematkan oleh diri sendiri untuk diri sendiri yang tentunya itu merupakan hal yang mungkin mereka anggap membanggakan. Terlalu banyak fenomena dan kejadian yang benar2 membuat saya tercengang (lebay)...
Saya bersikap seperti itu bukan karena saya iri atau dengki dengan mereka. Saya hanya penasaran dan bertanya-tanya, kenapa ada orang seperti itu? Orang yang selalu mengeluarkan pendapat dengan menjelekka pihak lain hanya untuk menunjukkan bahwa dirinyalah yang lebih ini itu. Saya bukan orang yang rewel. Saya cenderung bersikap tidak peduli terhadap urusan orang lain, bukan karena saya apatis, tapi saya hanya berusaha menjaga agar diri saya tidak masuk terlalu jauh dalam kehidupan yang dimiliki seseorang, karena bagi saya hal itu sama sekali tidak memberikan manfaat bagi kehidupan saya.
Kembali ke topik semula.....Ada sebagian orang yang hobi mengomentari orang lain, dan komentar itu cenderung menghina. Okelah, mungkin dia begitu untuk menunjukkan bahwa dia 'tau', tapi apa itu penting??? Dia koar-koar sana sini hanya untuk mengomentari penampilan orang lain...naudzubillah...dan itu dia lakukan tidak hanya sekali dua kali saja. Kalaupun saya yang dikomentari, saya akan bersikap acuh, toh dia tidak memberikan sumbangsih apa-apa dalam kehidupan saya, susah senang saya hanya saya dan keluarga saya yang merasakan, jadi untuk apa saya mempedulikan omongan dia yang cenderung menghina itu? Mungkin kata 'menghina' dianggap lebay, tapi orang yang mengomentari orang lain sementara dirinya tidak lebih baik daripada orang yang dia komentari itu namanya apa? Sekali lagi naudzubillah....
Buat para komentator yang tidak dibayar, ini pesan saya untuk Anda-anda semua :
1). Berhentilah meributkan urusan orang lain, berhentilah ikut campur dalam kehidupan orang, karena setiap orang punya 'area' sendiri yang tidak semua orang bebas masuk ke area itu.
2). Jika Anda ingin memberi nasehat dengan cara demikian (mengomentari), pastikan dulu bahwa diri Anda lebih baik dari orang yang Anda komentari. Jangan mengomentari seseorang yang menurut Anda salah, padahal Anda sendiri belum melakukan yang benar.
3). Jika Anda berani berkomentar tantang suatu hal karena Anda BARU TAU tentang sesuatu, dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan nyata dengan membandingkan yang Anda ketahui dengan yang dilakukan orang lain, maka saran saya berhentilah sekarang. Orang yang sedang belajar tidak perlu sesumbar apa yang tengah ia pelajari. Menurut saya lanjutkan saja proses belajar Anda, kemudian tunjukkan ke dunia. Jangan menjadikan orang lain sebagai objek bahan belajar Anda.
4). Hormatilah orang lain, kerena setiap orang butuh penghormatan. Dengan menghormati orang lain, maka Anda pun akan menjadi terhormat.
5). Berfikirlah dulu sebelum bicara. Seperti istilah Mulut mu Harimau mu dan Ayam yang berkokok dia lah yang bertelur
6). Jagalah sikap Anda. Kita harus ingat bahwa semakin hari usia kita semakin bertambah, seharusnya kita menyadari bahwa semakin tinggi usia seseorang, maka semakin bijak ia melakukan sesuatu. Berhentilah berperilaku seperti anak SMA yang masih suka petakilan dan pecicilan (kecuali Anda belum melakukan itu saat masih SMA sehingga melakukan itu saat Anda sudah berusia seperti sekarang). Ingatlah bahwa orang menilai kita bukan dari apa yang kita punya, tapi dari bagaimana kita bersikap pada orang lain
7). Bertaubatlah

Demikian Nasehat dan uneg2 saya terhadap mereka yang menurut saya lebay....Saya tidak memiliki tujuan apa2 dalam menulis tulisan ini. Saya hanya memberi kesempatan kepada mereka yang merasa 'lebih' untuk berfikir sejenak tentang sikapnya yang menurut saya tidak terpuji :))

Jakarta, 04/09/2013

Senin, 01 Juli 2013

Memburuk

Ternyata mendengarkan musik di playlist hp itu bukan pilihan tepat untuk membantu menghilangkan rasa penuh di dada.hahaha.......
Jam 12:00 siang, bekal makananku masih di tas. Aku belum merasa lapar. Sebenarnya sudah, hanya saja aku malas makan. Malas. Kejadian tadi pagi sepertinya menghilangkan nafsu makanku.hehehe....Sebenarnya bukan itu, hanya saja sampai detik ini aku berfikir keras, berusaha mengingat, kapan kamu mengatakan padaku bahwa pagi ini kamu tidak bisa menemuiku. Sumpah aku sangat lupa. Aku benar2 tidak ingat. Seingatku kamu mengatakan itu untuk hari jumat lalu. Dan seingatku tadi malam kamu masih mengatakan bahwa pagi ini kamu akan mengantarkanku seperti biasa. Tapi, memangnya siapa aku? Enak aja minta di antar-antar.hahahaha.....Ya..ya...ya....Tapi tetap aku belum bisa mengingat. Tapi ya sudah lah. Toh itu bukan kewajiban kamu. Aku saja yang terlanjur tidak tau diri dan terlalu bergantung padamu...

Ini bukan masalah biasanya bagaimana, tapi ini tentang rasa. Aku ini perasa, karena itulah aku bisa merasakan jika ada sesuatu yang tidak seperti biasa. Ada yang berbeda. Mungkin karena tekanan. Tentu saja aku paham. Aku yang hanya diuji dengan cara begini saja rasanya sungguh tidak bisa digambarkan, bagaimana dengan kamu yang aku tau memiliki beban yang jauh lebih berat jika dibandingkan denganku. Aku paham.....Tapi membiarkan keadaan tetap seperti ini juga bukan tindakan yang bijak. Aku tidak bermaksud memaksamu,sungguh. Aku hanya ingin membuatmu lebih berani kehilanganku. Kamu tidak perlu takut. Mungkin rasanya akan sakit, tapi percayalah itu tidak akan lama karena kamu selalu memiliki obat. Kita sama-sama tau apa yang kita hadapi di depan sana, dan aku tidak bisa terus berjalan beriringan dengan keyakinan kurang dari 100%. Aku butuh 100%. Tapi semakin kesini aku semakin tidak melihat itu ada padamu. Wajar jika kamu meragukanku, tapi ku mohon bicaralah, jangan diam saja dan membiarkanku menebak-nebak itu sendiri. Kamu tidak perlu merasa takut jika aku sudah tidak disampingmu, Allah selalu mempunyai obat untuk setiap luka yang Dia gariskan. Percayalah...Aku bukan menyerah, tapi melihatmu setengah hati denganku membuatku amat tersiksa.

Aku bicara seperti ini bukan karena aku ingin menjauh, bukan karena aku tidak menginginkanmu lagi, tapi karena aku tau kamu butuh ini. Kamu hanya perlu percaya, bahwa setelah aku, akan ada orang lain yang InsyaAllah akan menyembuhkanmu, meskipun aku sama sekali tidak rela. Tapi meskipun aku tidak rela, aku tidak bisa melakukan apapun, karena kamu setengah hati. Aku hanya berfikir, jika hari ini aku memperjuangkanmu, apakah kamu juga akan memperjuangkanku? Jika hari ini aku menggenggem tanganmu dihadapan mereka yang mencibir kita, apakah kamu juga akan menggenggam tanganku? Dulu aku melihat jawaban "IYA" atas pertanyaan itu di matamu, tapi sekarang itu terlihat samar. Sungguh. 

KAMU BUKAN KAMU YANG SEPERTI DULU

Sayang, meskipun kamu tidak akan pernah lagi memdapati kasih yang unik seperti kasihku kepadamu, jangan takut kehilanganku :))

Jakarta, 01/07/2013